Sebuah laman di situs jejaring sosial, Facebook meresahkan dunia
pendidikan di Inggris Raya. Para kepala sekolah dan pengajar angkat
bicara menentang tren mengkhawatirkan: para murid mengungkap "
rahasia kotor" sekolahnya.
Laman tersebut dinilai bisa disalahgunakan oleh murid untuk menghina
sekolah dan siswa lain. Facebook pun diminta bertindak untuk
menghapusnya.
Apa sebenarnya yang terjadi?
Awalnya, sebuah grup muncul di Facebook, namanya "Penistone Grammar
School's Dirtiest Secrets" meminta siapapun untuk menyampaikan rahasia
kotor Sekolah Penistone Grammar, penulisnya akan dimuat dalam kondisi
anonim. Sudah ada 600 pendukung, dan berbagai pesan eksplisit, kasar,
dan merendahkan sejumlah murid di sekolah dekat Barnsley, South
Yorkshire.
Wakil Kepala Sekolah Penistone Grammar, Geoff Baddock mengatakan,
pemerintah setempat bekerja sama dengan Facebook untuk mengatasi masalah
tersebut.
"Kami sudah memperingatkan siswa-siswa bahwa ini adalah tindakan yang
tidak pantas dan menempatkan mereka dalam risiko besar. Kami juga akan
mengambil tindakan tepat terhadap murid yang terbukti bersalah dan
melindungi mereka yang berisiko menjadi korban."
Dia menambahkan, salah satu kesalahan dari penggunaan sosial media
adalah ketika murid-murid mengunggah hal-hal tertentu dan mereka tidak
menyadari konsekuensinya.
Wakil kepala sekolah lain, yang bertugas melindungi siswa, Peter Crook
bahkan sengaja memposting komentarnya dalam fanpage tersebut. Untuk
menghentikan aksi para murid.
Ia menulis, "Halo semua. Aku mendengar tentang laman ini dan mungkin ini
FB yang menarik bagi kalian semua. Namun, fanpage ini harus dihapus
secepatnya. Jika tidak, saya punya banyak waktu untuk mencari tahu siapa
yang bertanggung jawab."
Yang dikhawatirkan pun terjadi, muncul para peniru yang menciptakan
laman serupa. Misalnya di Barnsley College, Kirk Balk Community College,
dan Darton College.
Kepala Sekolah Kirk Balk Community College, Val Malcolm juga angkat
bicara. "Masalah terbesar adala,h anak-anak itu tidak tahu risiko dan
bahaya yang mereka sebabkan, dengan memasang gambar pada sebuah situs
terbuka, beserta informasi tentang sekolah juga nama mereka."
Malcolm menambahkan bahwa laman Fanpage ini 'kekanak-kanan dan
menjijikkan'. Komentar-komentarnya tidak positif, banyak mencela, dan
menghina.
"Ini sangat berbahaya, karena tidak diketahui siapa pembuatnya. Yang
ditakutkan seseorang akan mengambil keuntungan dari laman fanpage ini,"
katanya.
Karena kejadian ini, sudah tiga siswa telah dikeluarkan sementara dari sekolah.
Berbagai cara telah dilakukan pihak sekolah untuk menghentikan fenomena
yang merebak secara nasional ini. Beberapa sekolah mengadakan acara
diskusi yang melibat siswa-siswa, untuk membahas tentang keamanan
berinternet.
Pihak sekolah juga telah melaporkan masalah ini kepada Facebook, dan mendesak agar Facebook bertindak cepat.
Malcolm menjelaskan, "seharusnya Facebook bertindak cepat terhadap
penyelesaian masalah ini, karena menyangkut keamanan murid-murid yang
tidak mengetahui akan akibat dari tindakannya."
Sementara juru bicara Facebook mengatakan bahwa laman fanpage tersebut
telah dihapus karena melanggar aturan situs jejaring sosial raksasa itu.
"Sementara ini kami tidak mau mengomentari kasus-kasus yang menyangkut
pribadi, yang pasti konten ini dihapus dengan alasani bullying atau
melecehkan pengguna lain," kata juru bicara Facebook.
Tim Cheetham, Anggota Dewan kota Barnsley, ikut mendukung penyelesaian
masalah. Ia akan mendesak Facebook untuk bertindak lebih cepat. "Kami
akan terus melaporkan kejadian seperti ini secara rutin kepada
Facebook," ungkapnya.